Rabu, 05 Oktober 2016

MAKALAH PEMILIHAN KATA DAN DEFINISI

MAKALAH  PEMILIHAN KATA DAN DEFINISI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu :Kiswo, M.Pd






Disusun Oleh :
Selly SanjayaPutri                 (40213035)
Setio Tri Yuningsih               (40213036)
Syara Khikhmaturrohmah  (40213042)
PGSD 1 SEMESTER 6


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PERADABAN BUMIAYU
2016
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta inayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah dengan judul Pemilihan Kata dan Definisi dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita ke zaman yang terang benderang seperti ini.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Kiswo, M.Pd selaku dosen pengampu mata Kuliah Bahasa Indonesia yang telah mengarahkan dan memberikan referensi tentang kelengkapan makalah ini. Teman-teman yang senantiasa mengingatkan dan saling membantu. Namun dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat kita perlukan untuk lebih baiknya makalah ini.
Kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Bumiayu, 5 Maret 2016

Penyusun







DAFTAR ISI
Halaman Judul ..................................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar Isi ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3
A. Pengertian Pilihan Kata ..................................................................... 3
B. Pemilihan Kata dalam Kaidah Makna ............................................... 3
C. Pemelihan Kata dalam Kaidah Kalimat ............................................ 6
D. Pengertian dan Jenis Definisi ............................................................ 9
E. Penyusunan Definisi ........................................................................ 14
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 16
A. Kesimpulan ...................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................ 16
Daftar Pustaka .................................................................................................. 17





BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Dalam pembuatan karya ilmiah harus memperhatikan dasar-dasar dalam penyusunannya yaitu dengan memperhatikan pemilihan kata dan defisinisi. Pemilihan kata sering disebut dengan istilah diksi. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita berjumpa dengan orang-orang yang sulit sekali mengungkapkan maksudnya dan sangat miskin variasi bahasanya. Tetapi kita juga berjumpa dengan orang-orang yang sangat boros dan mewah mengobralkan perbendaharaan katanya, namun tidak ada isi yang tersirat dibalik kata-kata itu. Tiap anggota masyarakat khususnya para pelajar harus mengetahui bagaimana pentingnya peranan kata dalam komunikasi sehari-hari.
Pemilihan kata sangat diperlukan dan diperhatikan sebagai dasar-dasar dalam penulisan ilmiah. Pilihan kata disini tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, tetapi juga mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu sesuai dengan kaidah makna dan kalimatnya.
Sedangkan Istilah "definisi" menurut (http://www.pengertianahli.com/ berasal dari kata Latin definitio yang berarti "penentuan arti" atau "pembatasan". Sekarang ini, pengertian definisi adalah keterangan yang merupakan uraian atau penjelasan tentang arti suatu kata atau ungkapan yang membatasi makna suatu kata atau ungkapan tersebut.
B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana penjelasan tentang dasar-dasar penulisan ilmiah yang berupa pemilihan kata dan definisi, yang terdiri dari kaidah makna, kaidah kalimat, jenis definisi dan penyusunannya

C.  Tujuan
1.    Dapat memahami, menjelaskan dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari tentang pemilihan kata baik pemilihan kata dalam  kaidah kalimat ataupun dalam kaidah makna.
2.    Dapat mengetahui bagaimana jenis-jenis definisi dan penyusunannya sebagai dasar dalam pembuatan karya ilmiah


















BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Pemilihan Kata
 Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahas adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
B.  Pemilihan Kata dalam Kaidah Makna
Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi makna.
Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat diserap dengan panca indera, yaitu dengan mendengar atau dengan melihat. Sebaliknya segi isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek bentuk tadi. Pada waktu orang berteriak “Maling” timbul reaksi dalam pikiran kita bahwa “ada seseorang telah berusaha untuk mencuri barang atau milik orang lain”. Jadi bentuk atau ekspresinya adalah kata maling yang diucapkan orang tadi, sedangkan makna adalah “reaksi yang timbul pada orang yang mendengar.
Ada beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran kita yaitu : pengertian, perasaan nada, dan tujuan. Pengertian merupakan landasan dasar untuk menyampaikan hal-hal tertentu kepada pendengar atau pembaca dengan mengharapkan reaksi tertentu. Nada mencakup sikap pembicara atau penulis kapada pendengar atau pembacanya.
Menurut Minto Rahayu (2007: 68-69) pemilihan kata dalam kaidah makna yaitu :
1.    Sinonim, Homofoni, Dan Homograf
Dalam melambangkan konsep dengan kata, idealnya satu konsep untuk satu kata, hal ini akan mengurangi kesulitan berkomunikasi. Tetapi kenyataannya tidak demikian sehingga hubungan kata dan makna sering menjadi rumit.
a.    Sinonim ialah kata-kata yang mempunyi makna yang sama atau mirip. Misalnya, muka, paras wajah, tampang.
b.    Homofoni ialah kelompok kata yang mempunyai kesamaan huruf sekaligus kesamaan bunyi. Misalnya, buku (Kitab) dan buku (Bagian dari luas), tampang (muka) dan tampang (Bibit).
c.    Homograf ialah kelompok kata yang mempunyai kesamaan huruf tetapi pengucapnnya berbeda. Misalnya, Teras (inti –e keras) dan teras (beranda rumah- e lemah), sedan (tangis) dan sedan (mobil).
2.    Makna Denotatif
Denotatif ialah makna dalam alam wajar, yaitu makna makna objektif, konseptual, sebenarnya. Secara eksplisit, denotatif merupakan hasil observasi, dapat di ukur, dapat dibatasi. Bahasa ilmiah menggunakan makna denotatif dalam mengungkapkan pikiran.
Makna denotatif dapat dibedakan atas dua macam relasi, yaitu pertama, relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan kedua relasi antara sebuah kata dengan barang dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya. Pengertian kursi adalah ciri-ciri yang membuat sesuatu disebut sebagai kursi, bukan sebuah kursi individual.
Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah lain seperti: makna denotasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposisional. Disebut makna denotasional, referensial, konseptual, atau ideasional, karna makna itu menunjuk (denote) kepada suatu referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan informasi-informasi atau pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual. Makna ini, yang diacu dengan bermacam-macam nama, adalah makna yang paling dasar pada suatu kata.
Dalam bentuk yang murni, makna denotatif dihubungkan dengan bahasa ilmiah. Seorang penulis yang hanya ingin menyampaikan informasi kepada kita, dalam hal ini khususnya bidang ilmiah, akan berkecenderungan untuk mempergunakan kata-kata yang denotatif. Sebab pengarahan yang jelas terhadap fakta yang khusus adalah tujuan utamanya. Misalnya:
a.    Rumah itu luasnya 250 meter persegi (denotatif)
b.    Rumah itu luas sekali (konotatif)
c.    Ada seribu orang yang menghadiri pertemuan itu (denotatif)
d.   Banyak sekali orang yang menghadiri pertemuan itu (konotatif)
e.    Meluap hadirin yang mengikuti pertemuan itu(konotatif)

3.    Makna Asosiatif
Makna Asosiatif ialah makna yang bukan sebenarnya, misalnya :
a.    Makna Konotatif ialah makna tambahan, sikap sosial, pribadi. Misalnya, kata wanita dan perempuan secara konseptual bermakna manusia berjenis kelamin betina, tetapi ada yang memaknai wanita sebagai modern berprofesi, aktif.
Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagain terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju-tidak setuju, senang-tidak senang dan sebagainya pada pihak pendengar; dipihak lain, kata yang dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang sama.

b.    Makna Stilistik adalah makna yang berhubungan dengan lingkungan pemakai. Misalnya , kediaman, istana (resmi), rumah (umum), pondok (puitis).
c.    Makna Afektif berhubungan dengan perasaan lawan bicara. Misalnya, Tutup mulutmu.
d.   Makna Reflektif, yaitu makna yang lebih terbatas dan pribadi. Misalnya, kemaluan (bukan berarti mendapatkan malu).
e.    Makna kolokatif, makna yang timbul oleh relasi dalam frase. Misalnya, gadis cantik bukan pria cantik (seharusnya: pria tampan).
f.     Makna Interpretatif, adanya perbedaan penafsiran, misalnya, kata si pada orang batak dan orang sunda.
C.  Pemilihan Kata dalam Kaidah Kalimat
Menurut Gorys Keraf (2010: 124-127) Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan sebuah landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Yang dimaksud dengan struktur kalimat di sini adalah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Ada yang bersifat periodic, bila bagian yang terpenting atau gagasan yang mendapat penekanan  ditempatkan pada akhir kalimat. Ada yang kalimat bersikap kendur , yaitu bila bagian kalimat yang mendapat penekanan ditempatkan pada awal kalimat. Bagian-bagian yang kurang penting atau semakin kurang penting dideretkan sesudah bagian yang dipentingkan tadi. Dan jenis yang ketiga adalah kalimat berimbang, yaitu kalimat yang mengandung dua bagian kalimat atau lebih yang kedudukannya sama tinggi atau sederajat.
Berdasarkan ketiga macam struktur kalimat sebagai yang dikemukakan di atas, maka dapat diperoleh sebagai berikut:
a.       Klimaks
Klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodic. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan –urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan berikutnya.
Klimaks disebut juga gradasi. Istilah ini dipakai sebagai istilah umum yang sebenarnya merujuk kepada tingkat atau gagasan tertinggi. Bila klimaks ini terbentuk dari beberapa gagasan yang berturut-turut semakin tinggi kepentingannya maka ia disebut anabasis.
b.      Anti klimaks
Anti klimaks dihasilkan oleh kalimat berstruktur mengendur. Anti klimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang tidak penting. Anti klimaks sering tidak efektif karena gagasan yang penting ditempatkan pada awal kalimat, sehingga pembaca dan pendengar tidak lagi memberi perhatian pada bagian-bagian berikutnya kalimatnya itu.
Seperti halnya dengan gaya klimaks, anti klimaks dapat dipakai sebagai suatu istilah umum yang masih mengenal spesifikasi lebih lanjut. Dekrementum adalah anti klimaks yang menambah ide yang kurang penting pada suatu ide yang penting.
Misalnya ,ketua pengadilan negeri itu adalah seorang yang kaya, pendiam, dan tidak terkenal namanya (mengandung ironi).
Anti klimaks halnya dengan gaya klimaks, antiklimaks dapat dipakai sebagai suatu istilah umum yang masih mengenal spesifikasi lebih lanjut.
c.       Paralerisme
Adalah gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau perasa-perasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk dramatikal yang sama. kesejajaran tersebut dapat pula berbentuk anak kalimat yang bergantung pada sebuah indiuk yang sama gaya ini lahir dari struktur kalimat yang seimbang. Misalnya, Sangatlah ironis kedengaran bahwa ia menderita kelaparan dalam sebuah daerah yang subur dan kaya, serta mati terbunuh dalam sebuah negeri dalam ratusan tahun dalam ketentraman dan kedamaian.
d.      Anri tesis
Adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentang, dengan mempergunakan kata-kata atau keklompok kata yang berlawanangaya ini timbul dari kalimat berimbang. Perhatikan contoh berikut: Mereka sudah kehilangan banyak dari harta bendanya, tetapi mereka juga telah banyak mendapatkan keuntungan dari padanya.
e.       Refetisi
Adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Dalam bagian ini, hanya akan dibicarakan refitisi yang berbentuk kata atau perasa atau klausa. Karena nilainya dianggap tinggi, maka dalam koratori timbulah bermacam-macam pariasi refitisi. Refitisi, seperti halnya dengan palarelisme dan antithesis , lahir dari kalimat yang berimbang.
Misalnya, Atau maukah kau pergi bersama serangga-serangga tanah, pergi bersama kecoa-kecoa, pergi bersama mereka yang menyusupi  tanah  menyusupi alam.
Karena dalam oratori dianggap tinggi, maka para orator menciptakan bermacam-macam refitisi pada prinsipnya di dasarkan pada tempat kata yang di ulang dalam baris , klausa atau kalimat. Yang penting diantaranya adalah:
1.      Epizeuksis: yang bersifat langsung artinya kata yang dipentingkan diulang berpa kali berturut-turut. Misalnya kita harus bekerja , bekerja, sekali lagi bekerja untuk mengejar semua ketinggalan kita.
2.      Tautotes : refetisi atau sebuah kata berulang-ulah dalam sebuah kontuksi misalnya kau menuding aku, aku menuding kau, kau dan aku menjadi steru.
3.      Anaphora: refitisi yang berwujud perulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya.
4.      Efistropa adalah refitisi yang berwujud perulangan kata atau prosa pada akhir baris atau kalimat berurutan. Contoh:
a.      Bumi yang kau diami, laut yang kau layari adalah puisi
b.      Udara yang kau hirupi, air yang kau teguk adalah puisi
c.       Kebun yang kau tanami, bukit yang kau gunduli adalah puisi
5.      Simploce adalah prefetisi pada awal dan akhir beberapa baris dan kalimat berurutan. Contoh:
a.      Kamu bilang hidup ini berengsek. Aku bilang biarin
b.      Kamu bilang hidup ini ga punya arti, aku bilang biarin
6.      Mesodiplikosis adalah refetisi ditengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan. Misalnya:
a.      pegawai kecil jangan mencuri kertas karbon.
b.      Babu-babu jangan mencuri ayam goreng
c.       Para pembesar jangan mencuri bensin
7.      Epanalepsis adalah pengulangan yang berwujud kata terakhir dari baris klausa atau kalimat, mengulang kata pertama misalnya:
a.    Kita gunakan pikiran dan perasaan kita
b.    Kami cintai perdamaian karena Tuhan kami
c.    Berceritalah padaku, ya malam berceritalah ku berikan setulusnya apa yang harus ku berikan
8.      Anadiplosis adalah kata atau prosa yang terakhir dari suatu klausa atau kalimat berikutnya, misalnya:
a.      Dalam laut ada tiram , dalam tiram ada mutiara
b.      Dalam mutiara: ah tak ada apa
c.       Dalam baju ada aku, dalam aku ada hati
Istilah anadiplosis sering dipakai secara timbal balik dengan istilah epanadiplosis dan epanastropa.

D.  Pengertian dan Jenis Definisi
Definisi adalah suatu batasan atau arti, bisa juga dimaknai kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama dari orang, benda, proses, atau aktivitas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi ialah rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan atau studi.
Selain itu, definisi juga diartikan sebagai uraian pengertian yang berfungsi membatasi objek, konsep, dan keadaan berdasarkan waktu dan tempat suatu kajian. Definisi merupakan usaha para ilmuwan untuk membatasi fakta dan konsep.
Inti dari sebuah kamus adalah memberikan batas pengertian (definisi) sebuah kata. Pengertian batasan atau definisi disini pun tidak bisa diartikan secara formal, tetapi dibuat secara singkat dan sederhana. Karena arti kata itu sering kali mengalami perubahan dan pergeseran, maka sesudah diberikan pengertian yang sentral, disertai pula pengertian turunan atau arti yang sudah bergeser itu. Kadang-kadang terjadi pula bahwa ada kata yang tidak bisa diberi batasan artinya, hanya semacam keterangan umum (klasifikasi), misalnya: besusu: sb umbi yang boleh dimakan. Umbi yang macam mana? Kita tidak pernah akan tahu jenis umbi mana yang boleh dimakan itu dinamakan besusu. Atau contoh lain kumbu: sebangsa bakul. Bakul yang bagaimana disebut kumbu? Untuk mengatasi kekaburan pengertian atau keterangan seperti itu, maka dalam kamus-kamus yang baik sering disertakan pula gambar dari barang yang diterangkan itu.
Ada kata-kata yang tidak dapat dibatasi dalam sebuah pengrtian tunggal, tetapi ada sejumlah pengertian yang diberikan(cf. Polisemi). Pemakai kamuslah yang harus memilih sendiri, makna mana yang paling cocok baginya sesuai dengan teks yang dihadapinya. Semua makna yang secara potensial sebagai berikut:
1.    Harga (dalam arti taksiran harga). Misalnya: nilaiintan itu sulit ditetapkan.
2.    Harga sesuatu (uang misalnya) jika ditukarkan dengan sesuatu misalnya: nilai DM sangat stabil bila dibandingkan dengan dollar.
3.    Angka kepandaian. Misalnya: ia mendapat nilai tujuh untuk ilmu bahasa.
4.    Kadar, mutu; banyak sedikitnya isi. Misalnya: makanan yang tinggi nilai gizinya akan membantu pertumbuhan anak.
5.    Sifat-sifat yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Misalnya: pancasila mempunyai nilai-nilai yang sangat penting bagi kehidupan bangsa dan negara.
Definisi dapat dibedakan atas: definisi nominal, definisi formal, definisi personal, definisi kerja atau definisi operasional, dan definisi luas. (https://id.wikipedia.org/wiki/Definisi)
1.    Definisi Nominal
Definisi nominal berupa pengertian singkat. Definiens pada definisi jenis ini terbagi menjadi ada tiga macam. Pertama, sinonim atau padanan, seperti kata manusia yang bersinonim dengan kata orang, maka jika ditulis hasilnya adalah Manusia ialah orang. Selanjutnya terkait dengan terjemahan dari bahasa lain, contohnya Kinerja ialah performance.  Asal-usul sebuah kata dalam definisi nominal juga merupakan hal yang penting, contoh: Psikologi berasal dari kata "psyche" berarti jiwa, dan "logos" berarti ilmu, psikologi ialah ilmu jiwa.
2.    Definisi Formal
Definisi formal disebut juga definisi terminologis, yaitu definisi yang disusun berdasarkan logika formal yang terdiri tiga unsur. Struktur definisi ini berupa "kelas", "genus", "pembeda" (deferensiasi). Ketiga unsur tersebut harus tampak dalam definiens. Struktur formal diawali dengan klarifikasi, diikuti dengan menentukan kata yang akan dijadikan definiendium, dilanjutkan dengan menyebut genus, dan diakhiri dengan menyebutkan kata-kata atau deskripsi pembeda. Pembeda harus lengkap dan menyeluruh sehingga benar-benar menunjukkan pengertian yang sangat khas dan membedakan pengertian dari kelas yang lain. Contoh kalimat yang merupakan definisi formal adalah Mahasiswa adalah pelajar di perguruan tinggi.
Definisi formal mempunyai syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar sesuai dengan aturan yang ada. Di antaranya, fefiniendium dan definiens bersifat koterminus, mempunyai makna yang sama. Kemudian, definiendium dan definiens bersifat konvertabel, dapat ditukarkan tempatnya dan definisi tidak berupa sinonim, padanan, terjemahan, etimologi, bentuk populer, atau pengulangan definiendium. Lihat perbandingannya:
a.    Manusia adalah orang yang berakal budi (salah)
b.    Manusia adalah insan yang berakal budi (salah)
c.    Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna(benar)
Selanjutnya definiens bukanlah kiasan, perumpamaan, atau pengandaian. Contonya kalimat Manusia adalah bagaikan hewan yang tidak pernah merasa puas (salah), kata bagaikan dalam kalimat ini merupakan sesuatu yang tidak dibenarkan dalam definisi formal. Contoh yang benar berada dalam kalimat Manusia adalah ciptaan Tuhan yang diperintahkan untuk beribadah kepada-Nya.
Syarat berikutnya yaitu definiens menggunakan makna pararel dengan definiendium, tidak menggunakan kata dimana, yang mana, jika, misalnya, dan lain-lain, definiens juga harus menggunakan bentuk positif, bukan kalimat negatif; tanpa kata negatif; tidak, bukan. Misalnya bentuk kalimat negatif Pendidikan kewarganegaraan "tidak lain" adalah pembinaan pelajar agar menjadi warga negara yang baik sehingga mampu hidup bersama dalam masyarakat, baik sebagai anggota keluarga, masyarakat, maupun warga negara, sedang yang benar adalah Pendidikan kewarganegaraan adalah pembinaan pelajar agar menjadi warga negara yang baik sehingga mampu hidup bersama dalam keluarga, masyarakat, dan negara.
Lagi, pembeda (deferiansi) pada definiens harus mencukupi sehingga menghasilkan makna yang tidak bisa (samar) dengan kelas yang lain. Hal ini bisa ditemukan dalam kalimat Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna, tidak benar jika hanya dikatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan.

3.    Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian. Oleh karena itu, definisi ini disebut juga definisi kerja karena dijadikan pedoman untuk melaksanakan suatu penelitian atau pekerjaan tertentu. Definisi ini disebut juga definisi subjektif karena disusun berdasarkan keinginan orang yang akan melakukan pekerjaan.
Yang merupakan ciri-ciri definisi operasional ialah mengacu pada target pekerjaan yang dicapai, berisi pembatasan konsep, tempat, dan waktu, dan bersifat aksi, tindakan, atau pelaksanaan suatu kegiatan.
4.    Definisi Paradigmatis
Definisi paradigmatis/personal bertujuan untuk mempengaruhi pola berpikir oranglain. Definisi jenis ini disusun berdasarkan pendapatan nilai-nilai tertentu. Ada empat ciri-ciri definisi paradigmatis, yakni; disusun berdasarkan paradigma (pola pikir) nilai-nila tertentu, berfungsi untuk mempengaruhi sikap, perilaku, atau tindakan orang lain, bertujuan agar pembaca mengubah sikap sesuai dengan definisi, berhubungan dengan nilai-nilai tertentu, misalnya: bisnis, etika, budaya, ajaran, falsafah, tradisi, adat istiadat, pandangan hidup. Adapun fungsi definisi paradigmatis dapat dikategorikan menjadi empat bagian: pertama, untuk mengembangkan pola berpikir; kedua, mempengaruhi sikap pembaca atau pendengar; ketiga, mendukung argumentasi atau pembuktikan dan memberikan efek persuasif.

5.    Definisi Luas
Definisi luas adalah batasan pengertian yang sekurang-kurangnya terdiri atas satu paragraf. Definisi ini diperlukan pada konsep yang rumit yang tidak dapat dijelaskan dengan kalimat pendek. Ciri-cirinya adalah dalam definisi tersebut hanya berisi satu gagasan yang merupakan definiendium, tidak menggunakan kata kias, setiap kata dapat dibuktikan atau diukur kebenarannya, dan menggunakan penalaran yang jelas. Contohnya dalam kalimat berikut Konsep ketahanan nasional tidak dapat hanya didefinisikan dengan kemampuan dinamik suatu bangsa yang berisikan keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dari luar maupun dalam, langsung tidak langsung yang membahayakan identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara untuk mencapai tujuan nasional.[4] Karena itu konsep tersebut harus diberi definisi luas agar diketahui perkembangan konsep, unsur-unsurnya, pengembangannya di dalam semua aspek kehidupan bangsa dan negara.

E.  Kaidah Penyusunan Definisi
Menurut (http://www.slideshare.net/cvrhmat/definisi-dan-pengertiannya)  kaidah dalam penyusunan definisi terdiri dari :
1.    Definisi harus dapat dibolak-balik dengan hal yang didefinisikan. – Artinya, luas keduanya haruslah sama. Misalnya: “manusia”, yang didefinisikan sebagai “hewan yang berakal budi”. Ini dapat dibalik tanpa menambah arti. Bandingkan dengan “topi”, yang didefinisikan, umpamanya, sebagai “alat untuk menutup kepala”.
2.    Definisi tidak boleh dirumuskan secara negatif sejauh dapat dirumuskan secara positif. – Definisi dimaksudkan untuk mengungkap apa makna yang terkandung dalam hal yang didefinisikan, dan bukan untuk mengungkapkan apa makna yang tidak terkandung dalam hal yang didefinisikan. Misalnya “dua garis yang tidak akan bertemu”.
Sedangkan menurut Minto Rahayu,(2009:73) Tehnik-Tehnik Menyusun definisi bisa dikualifikasikan berdasarkan dua macam arti, yakni arti intensional dan arti ekstensional.
1.      Definisi Ekstensional atau Denotatif
Dengan menunjukkan kelas yang ditunjukan oleh definiendium, maka suatu definisi ekstensional akan bisa menetapkan arti dari suatu kata. Paling tidak ada tiga cara menunjukkan anggota-anggota dari suatu kelas, yaitu menunjuk pada mereka, menamai mereka secara individual, menamai mereka menurut kelompok.  Misalnya kalimat Kursi adalah ini dan ini dan ini- seraya Anda menunjuk ke arah sejumlah kursi satu per satu.
  1. Definisi Intensional
Suatu definisi menentukan arti suatu kata dengan menunjukkan kualitas-kualitas atau ciri-ciri yang terkandung dalam kata tersebut. Sebagai contoh kalimat Es adalah air yang membeku.













BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dengan uraian yang telah dijelaskan ,dapat diturunkan kesimpulan tentang pemilihan kata dan definisi. Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi makna. Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat diserap dengan panca indera, yaitu dengan mendengar atau dengan melihat. Pemilihan kata dalam kaidah Makna terdiri dari Sinonim, Homofon dan Homograf, makna Denotatif dan makna Asosiatif. Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan sebuah landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Yang dimaksud dengan struktur kalimat di sini adalah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut.
Definisi adalah suatu batasan atau arti, bisa juga dimaknai kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama dari orang, benda, proses, atau aktivitas. Definisi dapat dibedakan atas: definisi nominal, definisi formal, definisi personal, definisi kerja atau definisi operasional, dan definisi luas.
B.     Saran
Makalah yang dibuat oleh penulis ini kurang banyak referensi dari buku kebanyakan diperoleh dari internet jadi apabila ingin mempelajari tentang Pemilihan kata dan definisi maka bacalah referensi yang lain juga jangan perpatokan hanya dimakalah ini saja. Dan kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.



DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. Diksidan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. GramediaPustakaUtama, 2010.
Rahayu, Minto. Bahasa Indonesia Di PerguruanTinggi. Jakarta: Grasindo, 2007.