MAKALAH PEMILIHAN
KATA DAN DEFINISI
Disusun
Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata
Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen
Pengampu :Kiswo, M.Pd
Disusun
Oleh :
Selly
SanjayaPutri (40213035)
Setio Tri
Yuningsih (40213036)
Syara
Khikhmaturrohmah (40213042)
PGSD 1 SEMESTER 6
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PERADABAN BUMIAYU
2016
KATA PENGANTAR
Puji
Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah
serta inayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan tugas kelompok
makalah dengan judul Pemilihan Kata dan Definisi dengan baik. Shalawat serta
salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang
telah membawa kita ke zaman yang terang benderang seperti ini.
Kami ucapkan
banyak terima kasih kepada Bapak Kiswo, M.Pd selaku dosen pengampu mata Kuliah
Bahasa Indonesia yang telah mengarahkan dan memberikan referensi tentang
kelengkapan makalah ini. Teman-teman yang senantiasa mengingatkan dan saling
membantu. Namun dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran sangat kita perlukan untuk lebih baiknya makalah
ini.
Kami berharap
mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Bumiayu,
5 Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ..................................................................................................... i
Kata
Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar
Isi ........................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN .................................................................................. 3
A. Pengertian Pilihan
Kata ..................................................................... 3
B. Pemilihan Kata dalam
Kaidah Makna ............................................... 3
C. Pemelihan Kata dalam
Kaidah Kalimat ............................................ 6
D. Pengertian dan Jenis
Definisi ............................................................ 9
E. Penyusunan Definisi ........................................................................ 14
BAB
III PENUTUP ........................................................................................ 16
A. Kesimpulan ...................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................ 16
Daftar
Pustaka .................................................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembuatan karya ilmiah harus memperhatikan
dasar-dasar dalam penyusunannya yaitu dengan memperhatikan pemilihan kata dan
defisinisi. Pemilihan
kata sering disebut
dengan istilah diksi.
Istilah
ini bukan saja
dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu
ide atau
gagasan, tetapi juga meliputi persoalan
fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan.
Dalam
kehidupan sehari-hari kita berjumpa dengan
orang-orang yang sulit sekali
mengungkapkan maksudnya dan sangat miskin
variasi bahasanya. Tetapi kita juga berjumpa
dengan orang-orang yang sangat
boros dan mewah
mengobralkan perbendaharaan katanya, namun tidak ada isi yang
tersirat
dibalik kata-kata itu. Tiap
anggota masyarakat khususnya para pelajar harus mengetahui bagaimana
pentingnya peranan kata dalam komunikasi sehari-hari.
Pemilihan
kata sangat diperlukan dan diperhatikan sebagai
dasar-dasar dalam penulisan ilmiah.
Pilihan kata disini tidak
hanya mempersoalkan ketepatan
pemakaian kata, tetapi juga mempersoalkan apakah
kata yang dipilih itu
sesuai dengan kaidah
makna dan kalimatnya.
Sedangkan
Istilah "definisi" menurut (http://www.pengertianahli.com/ berasal
dari kata Latin definitio yang berarti "penentuan arti"
atau "pembatasan". Sekarang ini, pengertian definisi adalah
keterangan yang merupakan uraian atau penjelasan tentang arti suatu kata atau
ungkapan yang membatasi makna suatu kata atau ungkapan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan tentang dasar-dasar penulisan ilmiah yang berupa pemilihan kata dan definisi, yang terdiri dari kaidah makna,
kaidah
kalimat, jenis definisi dan penyusunannya
C. Tujuan
1.
Dapat
memahami, menjelaskan dan
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari tentang
pemilihan kata baik pemilihan
kata dalam kaidah kalimat ataupun dalam kaidah makna.
2.
Dapat
mengetahui bagaimana jenis-jenis definisi dan penyusunannya sebagai
dasar dalam pembuatan
karya ilmiah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemilihan
Kata
Pilihan kata atau
diksi mencakup pengertian
kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan
suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokan kata-kata yang tepat
atau menggunakan ungkapan-ungkapan
yang tepat. Pilihan
kata atau diksi
adalah kemampuan membedakan
secara tepat nuansa-nuansa
makna dari gagasan
yang ingin disampaikan,
dan
kemampuan untuk menemukan bentuk
yang sesuai dengan
situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat
pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya
dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah
besar kosa kata atau perbendaharaan
kata bahasa itu.
Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan
kata atau kosa
kata suatu bahas
adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
B.
Pemilihan
Kata dalam Kaidah Makna
Kata sebagai satuan dari
perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk atau
ekspresi dan aspek isi makna.
Bentuk atau ekspresi adalah segi
yang dapat diserap dengan panca indera, yaitu dengan mendengar atau dengan
melihat. Sebaliknya segi isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi
dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek bentuk tadi. Pada
waktu orang berteriak “Maling” timbul reaksi dalam pikiran kita bahwa “ada
seseorang telah berusaha untuk mencuri barang atau milik orang lain”. Jadi
bentuk atau ekspresinya adalah kata maling yang diucapkan orang tadi, sedangkan
makna adalah “reaksi yang timbul pada orang yang mendengar.
Ada beberapa unsur yang terkandung
dalam ujaran kita yaitu : pengertian, perasaan nada, dan tujuan. Pengertian
merupakan landasan dasar untuk menyampaikan hal-hal tertentu kepada pendengar
atau pembaca dengan mengharapkan reaksi tertentu. Nada mencakup sikap pembicara
atau penulis kapada pendengar atau pembacanya.
Menurut Minto Rahayu (2007: 68-69) pemilihan kata dalam kaidah makna yaitu
:
1. Sinonim,
Homofoni, Dan Homograf
Dalam melambangkan konsep dengan kata,
idealnya satu konsep untuk satu kata, hal ini akan mengurangi kesulitan
berkomunikasi. Tetapi kenyataannya tidak demikian sehingga hubungan kata dan
makna sering menjadi rumit.
a. Sinonim
ialah kata-kata yang mempunyi makna yang sama atau mirip. Misalnya, muka, paras wajah, tampang.
b. Homofoni
ialah kelompok kata yang mempunyai kesamaan huruf sekaligus kesamaan bunyi. Misalnya, buku (Kitab) dan buku (Bagian dari
luas), tampang (muka) dan tampang (Bibit).
c. Homograf
ialah kelompok kata yang mempunyai kesamaan huruf tetapi pengucapnnya berbeda. Misalnya, Teras (inti –e keras) dan teras
(beranda rumah- e lemah), sedan (tangis) dan sedan (mobil).
2. Makna
Denotatif
Denotatif ialah makna dalam alam wajar,
yaitu makna makna objektif, konseptual, sebenarnya. Secara eksplisit, denotatif
merupakan hasil observasi, dapat di ukur, dapat dibatasi. Bahasa ilmiah
menggunakan makna denotatif dalam mengungkapkan pikiran.
Makna denotatif dapat dibedakan atas dua
macam relasi, yaitu pertama, relasi antara sebuah kata dengan barang individual
yang diwakilinya, dan kedua relasi antara sebuah kata dengan barang dan
ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya. Pengertian
kursi adalah ciri-ciri yang membuat sesuatu disebut sebagai kursi, bukan sebuah
kursi individual.
Makna denotatif disebut juga dengan
beberapa istilah lain seperti: makna denotasional, makna kognitif, makna
konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposisional.
Disebut makna denotasional, referensial, konseptual, atau ideasional, karna
makna itu menunjuk (denote) kepada suatu referen, konsep, atau ide tertentu
dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan
informasi-informasi atau pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual. Makna
ini, yang diacu dengan bermacam-macam nama, adalah makna yang paling dasar pada
suatu kata.
Dalam
bentuk yang murni, makna denotatif dihubungkan dengan bahasa ilmiah. Seorang
penulis yang hanya ingin menyampaikan informasi kepada kita, dalam hal ini
khususnya bidang ilmiah, akan berkecenderungan untuk mempergunakan kata-kata
yang denotatif. Sebab pengarahan yang jelas terhadap fakta yang khusus adalah
tujuan utamanya. Misalnya:
a.
Rumah itu luasnya 250
meter persegi (denotatif)
b.
Rumah itu luas sekali
(konotatif)
c.
Ada seribu orang yang
menghadiri pertemuan itu (denotatif)
d.
Banyak sekali orang
yang menghadiri pertemuan itu (konotatif)
e.
Meluap hadirin yang
mengikuti pertemuan itu(konotatif)
3. Makna
Asosiatif
Makna Asosiatif ialah makna yang bukan
sebenarnya, misalnya :
a. Makna
Konotatif ialah makna tambahan, sikap sosial, pribadi. Misalnya, kata wanita
dan perempuan secara konseptual bermakna manusia berjenis kelamin betina,
tetapi ada yang memaknai wanita sebagai modern berprofesi, aktif.
Konotasi
atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna
evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons
mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagain terjadi karena
pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju-tidak setuju, senang-tidak senang
dan sebagainya pada pihak pendengar; dipihak lain, kata yang dipilih itu
memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang sama.
b. Makna
Stilistik adalah makna yang berhubungan dengan lingkungan pemakai. Misalnya ,
kediaman, istana (resmi), rumah (umum), pondok (puitis).
c. Makna
Afektif berhubungan dengan perasaan lawan bicara. Misalnya, Tutup mulutmu.
d. Makna
Reflektif, yaitu makna yang lebih terbatas dan pribadi. Misalnya, kemaluan
(bukan berarti mendapatkan malu).
e. Makna
kolokatif, makna yang timbul oleh relasi dalam frase. Misalnya, gadis cantik
bukan pria cantik (seharusnya: pria tampan).
f. Makna
Interpretatif, adanya perbedaan penafsiran, misalnya, kata si pada orang batak
dan orang sunda.
C. Pemilihan Kata dalam Kaidah Kalimat
Menurut Gorys Keraf (2010: 124-127) Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan
sebuah landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Yang dimaksud dengan struktur
kalimat di sini adalah kalimat bagaimana tempat
sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Ada yang
bersifat periodic, bila bagian yang
terpenting atau gagasan yang mendapat penekanan
ditempatkan pada akhir kalimat. Ada yang kalimat bersikap kendur , yaitu bila bagian kalimat yang
mendapat penekanan ditempatkan pada awal kalimat. Bagian-bagian yang kurang
penting atau semakin kurang penting dideretkan sesudah bagian yang dipentingkan
tadi. Dan jenis yang ketiga adalah kalimat
berimbang, yaitu kalimat yang mengandung dua bagian kalimat atau lebih yang
kedudukannya sama tinggi atau sederajat.
Berdasarkan
ketiga macam struktur kalimat sebagai yang dikemukakan di atas, maka dapat
diperoleh sebagai berikut:
a. Klimaks
Klimaks diturunkan
dari kalimat yang bersifat periodic. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang
mengandung urutan –urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat
kepentingannya dari gagasan-gagasan berikutnya.
Klimaks
disebut juga gradasi. Istilah ini dipakai sebagai istilah umum yang sebenarnya
merujuk kepada tingkat atau gagasan tertinggi. Bila klimaks ini terbentuk dari
beberapa gagasan yang berturut-turut semakin tinggi kepentingannya maka ia
disebut anabasis.
b. Anti
klimaks
Anti
klimaks dihasilkan oleh kalimat berstruktur mengendur. Anti klimaks sebagai
gaya bahasa merupakan suatu acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang
terpenting berturut-turut ke gagasan yang tidak penting. Anti klimaks sering
tidak efektif karena gagasan yang penting ditempatkan pada awal kalimat,
sehingga pembaca dan pendengar tidak lagi memberi perhatian pada bagian-bagian
berikutnya kalimatnya itu.
Seperti
halnya dengan gaya klimaks, anti klimaks dapat dipakai sebagai suatu istilah
umum yang masih mengenal spesifikasi lebih lanjut. Dekrementum adalah anti
klimaks yang menambah ide yang kurang penting pada suatu ide yang penting.
Misalnya ,ketua pengadilan negeri itu adalah seorang
yang kaya, pendiam, dan tidak terkenal namanya (mengandung ironi).
Anti klimaks halnya
dengan gaya klimaks, antiklimaks dapat dipakai sebagai suatu istilah umum yang
masih mengenal spesifikasi lebih lanjut.
c.
Paralerisme
Adalah gaya bahasa yang berusaha
mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau perasa-perasa yang
menduduki fungsi yang sama dalam bentuk dramatikal yang sama. kesejajaran
tersebut dapat pula berbentuk anak kalimat yang bergantung pada sebuah indiuk
yang sama gaya ini lahir dari struktur kalimat yang seimbang. Misalnya, Sangatlah ironis kedengaran bahwa ia
menderita kelaparan dalam sebuah daerah yang subur dan kaya, serta mati
terbunuh dalam sebuah negeri dalam ratusan tahun dalam ketentraman dan
kedamaian.
d. Anri
tesis
Adalah sebuah gaya bahasa yang
mengandung gagasan-gagasan yang bertentang, dengan mempergunakan kata-kata atau
keklompok kata yang berlawanangaya ini timbul dari kalimat berimbang.
Perhatikan contoh berikut: Mereka sudah
kehilangan banyak dari harta bendanya, tetapi mereka juga telah banyak
mendapatkan keuntungan dari padanya.
e. Refetisi
Adalah perulangan bunyi, suku kata,
kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam
sebuah konteks yang sesuai. Dalam bagian ini, hanya akan dibicarakan refitisi
yang berbentuk kata atau perasa atau klausa. Karena nilainya dianggap tinggi,
maka dalam koratori timbulah bermacam-macam pariasi refitisi. Refitisi, seperti
halnya dengan palarelisme dan antithesis , lahir dari kalimat yang berimbang.
Misalnya,
Atau maukah kau pergi bersama serangga-serangga tanah, pergi bersama kecoa-kecoa, pergi
bersama mereka yang menyusupi tanah menyusupi alam.
Karena
dalam oratori dianggap tinggi, maka para orator menciptakan bermacam-macam
refitisi pada prinsipnya di dasarkan pada tempat kata yang di ulang dalam baris
, klausa atau kalimat. Yang penting diantaranya adalah:
1.
Epizeuksis: yang
bersifat langsung artinya kata yang dipentingkan diulang berpa kali berturut-turut.
Misalnya kita harus bekerja , bekerja, sekali lagi bekerja untuk mengejar semua
ketinggalan kita.
2.
Tautotes : refetisi
atau sebuah kata berulang-ulah dalam sebuah kontuksi misalnya kau menuding aku,
aku menuding kau, kau dan aku menjadi steru.
3.
Anaphora: refitisi yang
berwujud perulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya.
4.
Efistropa adalah
refitisi yang berwujud perulangan kata atau prosa pada akhir baris atau kalimat
berurutan. Contoh:
a.
Bumi
yang kau diami, laut yang kau layari adalah puisi
b.
Udara
yang kau hirupi, air yang kau teguk adalah puisi
c.
Kebun
yang kau tanami, bukit yang kau gunduli adalah puisi
5.
Simploce adalah
prefetisi pada awal dan akhir beberapa baris dan kalimat berurutan. Contoh:
a.
Kamu
bilang hidup ini berengsek. Aku bilang biarin
b.
Kamu
bilang hidup ini ga punya arti, aku bilang biarin
6.
Mesodiplikosis adalah
refetisi ditengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan. Misalnya:
a.
pegawai
kecil jangan mencuri kertas karbon.
b.
Babu-babu
jangan mencuri ayam goreng
c.
Para
pembesar jangan mencuri bensin
7.
Epanalepsis adalah
pengulangan yang berwujud kata terakhir dari baris klausa atau kalimat,
mengulang kata pertama misalnya:
a.
Kita
gunakan pikiran dan perasaan kita
b.
Kami
cintai perdamaian karena Tuhan kami
c.
Berceritalah
padaku, ya malam berceritalah ku berikan setulusnya apa yang harus ku berikan
8.
Anadiplosis adalah kata
atau prosa yang terakhir dari suatu klausa atau kalimat berikutnya, misalnya:
a.
Dalam
laut ada tiram , dalam tiram ada mutiara
b.
Dalam
mutiara: ah tak ada apa
c.
Dalam
baju ada aku, dalam aku ada hati
Istilah
anadiplosis sering dipakai secara timbal balik dengan istilah epanadiplosis dan
epanastropa.
D.
Pengertian
dan Jenis Definisi
Definisi adalah suatu batasan atau
arti, bisa juga dimaknai kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna,
keterangan, atau ciri utama dari orang, benda, proses, atau aktivitas. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi ialah rumusan tentang ruang lingkup dan
ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan atau studi.
Selain itu, definisi juga diartikan
sebagai uraian pengertian yang berfungsi membatasi objek, konsep, dan keadaan
berdasarkan waktu dan tempat suatu kajian. Definisi merupakan usaha para
ilmuwan untuk membatasi fakta dan konsep.
Inti dari sebuah kamus adalah
memberikan batas pengertian (definisi) sebuah kata. Pengertian batasan atau
definisi disini pun tidak bisa diartikan secara formal, tetapi dibuat secara
singkat dan sederhana. Karena arti kata itu sering kali mengalami perubahan dan
pergeseran, maka sesudah diberikan pengertian yang sentral, disertai pula
pengertian turunan atau arti yang sudah bergeser itu. Kadang-kadang terjadi
pula bahwa ada kata yang tidak bisa diberi batasan artinya, hanya semacam
keterangan umum (klasifikasi), misalnya: besusu: sb umbi yang boleh dimakan.
Umbi yang macam mana? Kita tidak pernah akan tahu jenis umbi mana yang boleh
dimakan itu dinamakan besusu. Atau contoh lain kumbu: sebangsa bakul. Bakul
yang bagaimana disebut kumbu? Untuk mengatasi kekaburan pengertian atau
keterangan seperti itu, maka dalam kamus-kamus yang baik sering disertakan pula
gambar dari barang yang diterangkan itu.
Ada kata-kata yang tidak dapat
dibatasi dalam sebuah pengrtian tunggal, tetapi ada sejumlah pengertian yang
diberikan(cf. Polisemi). Pemakai kamuslah yang harus memilih sendiri, makna
mana yang paling cocok baginya sesuai dengan teks yang dihadapinya. Semua makna
yang secara potensial sebagai berikut:
1. Harga
(dalam arti taksiran harga). Misalnya:
nilaiintan itu sulit ditetapkan.
2. Harga
sesuatu (uang misalnya) jika ditukarkan dengan sesuatu misalnya: nilai DM sangat stabil bila dibandingkan dengan dollar.
3. Angka
kepandaian. Misalnya: ia mendapat nilai
tujuh untuk ilmu bahasa.
4. Kadar,
mutu; banyak sedikitnya isi. Misalnya:
makanan yang tinggi nilai gizinya akan membantu pertumbuhan anak.
5.
Sifat-sifat yang
penting atau berguna bagi kemanusiaan. Misalnya:
pancasila mempunyai nilai-nilai yang sangat penting bagi kehidupan bangsa dan
negara.
Definisi
dapat dibedakan atas: definisi nominal, definisi formal, definisi personal,
definisi kerja
atau definisi operasional, dan definisi luas. (https://id.wikipedia.org/wiki/Definisi)
1.
Definisi Nominal
Definisi nominal
berupa pengertian singkat. Definiens pada definisi jenis ini terbagi menjadi
ada tiga macam. Pertama, sinonim atau padanan, seperti kata manusia yang
bersinonim dengan kata orang, maka jika ditulis hasilnya adalah Manusia
ialah orang.
Selanjutnya terkait dengan terjemahan dari bahasa lain, contohnya Kinerja ialah
performance. Asal-usul
sebuah kata dalam definisi nominal juga merupakan hal yang penting, contoh: Psikologi
berasal dari kata "psyche" berarti jiwa, dan
"logos" berarti ilmu, psikologi ialah ilmu jiwa.
2.
Definisi Formal
Definisi
formal disebut juga definisi terminologis, yaitu definisi yang disusun
berdasarkan logika formal yang terdiri tiga unsur. Struktur definisi ini berupa
"kelas", "genus", "pembeda" (deferensiasi).
Ketiga unsur tersebut harus tampak dalam definiens. Struktur
formal diawali dengan klarifikasi, diikuti dengan menentukan kata yang akan dijadikan
definiendium, dilanjutkan dengan menyebut genus, dan diakhiri dengan
menyebutkan kata-kata atau deskripsi pembeda. Pembeda harus lengkap dan
menyeluruh sehingga benar-benar menunjukkan pengertian yang sangat khas dan
membedakan pengertian dari kelas yang lain. Contoh kalimat yang merupakan definisi formal
adalah Mahasiswa
adalah pelajar di perguruan tinggi.
Definisi formal mempunyai
syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar sesuai dengan aturan yang ada.
Di antaranya, fefiniendium dan definiens bersifat koterminus, mempunyai makna yang sama. Kemudian,
definiendium dan definiens bersifat konvertabel, dapat ditukarkan tempatnya dan
definisi tidak berupa sinonim, padanan, terjemahan,
etimologi, bentuk populer, atau pengulangan
definiendium. Lihat perbandingannya:
Selanjutnya definiens bukanlah
kiasan, perumpamaan,
atau pengandaian. Contonya kalimat Manusia
adalah bagaikan hewan
yang tidak pernah merasa puas (salah), kata bagaikan dalam kalimat
ini merupakan sesuatu yang tidak dibenarkan dalam definisi formal. Contoh yang
benar berada dalam kalimat Manusia adalah ciptaan Tuhan yang diperintahkan
untuk beribadah kepada-Nya.
Syarat berikutnya yaitu definiens
menggunakan makna pararel dengan definiendium, tidak menggunakan kata dimana,
yang mana, jika, misalnya, dan lain-lain, definiens juga harus menggunakan
bentuk positif, bukan kalimat negatif; tanpa kata negatif; tidak, bukan.
Misalnya bentuk kalimat negatif Pendidikan kewarganegaraan "tidak
lain" adalah pembinaan pelajar agar menjadi warga negara
yang baik sehingga mampu hidup bersama dalam masyarakat, baik sebagai anggota keluarga,
masyarakat, maupun warga negara, sedang
yang benar adalah Pendidikan kewarganegaraan adalah pembinaan pelajar
agar menjadi warga negara
yang baik sehingga mampu hidup bersama dalam keluarga,
masyarakat, dan negara.
Lagi, pembeda (deferiansi) pada
definiens harus mencukupi sehingga menghasilkan makna yang tidak bisa
(samar) dengan kelas yang lain.
Hal ini bisa ditemukan dalam kalimat Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna,
tidak benar jika hanya dikatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan.
3. Definisi
Operasional
Definisi operasional adalah batasan
pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau
pekerjaan, misalnya penelitian. Oleh karena itu, definisi ini disebut juga
definisi kerja
karena dijadikan pedoman untuk melaksanakan suatu penelitian
atau pekerjaan tertentu. Definisi ini disebut juga definisi subjektif karena
disusun berdasarkan keinginan orang yang akan melakukan pekerjaan.
Yang merupakan ciri-ciri definisi
operasional ialah mengacu pada target pekerjaan yang dicapai, berisi pembatasan
konsep,
tempat, dan waktu,
dan bersifat aksi, tindakan, atau pelaksanaan suatu kegiatan.
4.
Definisi Paradigmatis
Definisi
paradigmatis/personal bertujuan untuk mempengaruhi pola berpikir oranglain. Definisi jenis
ini disusun berdasarkan pendapatan nilai-nilai tertentu. Ada empat ciri-ciri definisi
paradigmatis, yakni; disusun berdasarkan paradigma
(pola pikir) nilai-nila tertentu, berfungsi untuk mempengaruhi sikap, perilaku,
atau tindakan orang
lain, bertujuan agar pembaca mengubah sikap sesuai dengan definisi, berhubungan
dengan nilai-nilai
tertentu, misalnya: bisnis, etika, budaya, ajaran, falsafah,
tradisi, adat istiadat, pandangan hidup. Adapun fungsi
definisi paradigmatis dapat dikategorikan menjadi empat bagian: pertama, untuk
mengembangkan pola
berpikir; kedua, mempengaruhi sikap pembaca atau pendengar; ketiga, mendukung argumentasi
atau pembuktikan dan memberikan efek persuasif.
5.
Definisi Luas
Definisi luas adalah batasan
pengertian yang sekurang-kurangnya terdiri atas satu paragraf.
Definisi ini diperlukan pada konsep yang rumit yang tidak dapat dijelaskan dengan kalimat
pendek. Ciri-cirinya adalah dalam definisi tersebut hanya berisi satu gagasan
yang merupakan definiendium, tidak menggunakan kata kias, setiap kata dapat
dibuktikan atau diukur kebenarannya, dan menggunakan penalaran
yang jelas. Contohnya dalam kalimat berikut Konsep
ketahanan nasional
tidak dapat hanya didefinisikan dengan kemampuan dinamik suatu bangsa
yang berisikan keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi ancaman,
gangguan, hambatan, dan tantangan dari luar
maupun dalam, langsung tidak langsung yang membahayakan identitas, integritas,
kelangsungan hidup bangsa
dan negara
untuk mencapai tujuan nasional.[4] Karena itu konsep
tersebut harus diberi definisi luas agar diketahui perkembangan konsep,
unsur-unsurnya, pengembangannya di dalam semua aspek kehidupan bangsa
dan negara.
E.
Kaidah
Penyusunan Definisi
Menurut (http://www.slideshare.net/cvrhmat/definisi-dan-pengertiannya) kaidah dalam penyusunan definisi terdiri dari
:
1. Definisi
harus dapat dibolak-balik dengan hal yang didefinisikan. – Artinya, luas
keduanya haruslah sama. Misalnya: “manusia”, yang didefinisikan sebagai “hewan
yang berakal budi”. Ini dapat dibalik tanpa menambah arti. Bandingkan dengan
“topi”, yang didefinisikan, umpamanya, sebagai “alat untuk menutup kepala”.
2. Definisi
tidak boleh dirumuskan secara negatif sejauh dapat dirumuskan secara positif. –
Definisi dimaksudkan untuk mengungkap apa makna yang terkandung dalam hal yang
didefinisikan, dan bukan untuk mengungkapkan apa makna yang tidak terkandung
dalam hal yang didefinisikan. Misalnya “dua garis yang tidak akan bertemu”.
Sedangkan menurut Minto Rahayu,(2009:73) Tehnik-Tehnik
Menyusun definisi bisa dikualifikasikan berdasarkan dua macam arti, yakni arti intensional dan arti ekstensional.
1. Definisi
Ekstensional atau Denotatif
Dengan
menunjukkan kelas yang ditunjukan
oleh definiendium, maka suatu definisi ekstensional akan bisa
menetapkan arti dari suatu kata. Paling tidak
ada tiga cara menunjukkan anggota-anggota dari suatu kelas, yaitu menunjuk pada
mereka, menamai mereka secara individual,
menamai mereka menurut kelompok. Misalnya
kalimat Kursi adalah
ini dan ini dan ini- seraya Anda menunjuk ke arah sejumlah kursi satu per satu.
- Definisi
Intensional
Suatu
definisi menentukan arti suatu kata dengan
menunjukkan kualitas-kualitas atau ciri-ciri
yang terkandung dalam kata tersebut. Sebagai contoh kalimat Es adalah air yang membeku.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan uraian yang telah dijelaskan
,dapat
diturunkan kesimpulan tentang pemilihan kata dan definisi. Kata sebagai satuan
dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk
atau ekspresi dan aspek isi makna. Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat
diserap dengan panca indera, yaitu dengan mendengar atau dengan melihat.
Pemilihan kata dalam kaidah Makna terdiri dari Sinonim, Homofon dan Homograf,
makna Denotatif dan makna Asosiatif.
Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan sebuah landasan untuk menciptakan gaya
bahasa. Yang dimaksud dengan struktur kalimat di sini adalah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang
dipentingkan dalam kalimat tersebut.
Definisi
adalah suatu batasan atau arti, bisa juga dimaknai kata, frasa, atau kalimat
yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama dari orang, benda,
proses, atau aktivitas. Definisi dapat dibedakan atas: definisi nominal, definisi formal, definisi personal, definisi kerja atau
definisi operasional, dan definisi luas.
B. Saran
Makalah
yang dibuat oleh penulis ini kurang banyak referensi dari buku kebanyakan
diperoleh dari internet jadi apabila ingin mempelajari tentang Pemilihan kata
dan definisi maka bacalah referensi yang lain juga jangan perpatokan hanya
dimakalah ini saja. Dan kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembacanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Keraf, Gorys. Diksidan Gaya Bahasa. Jakarta: PT.
GramediaPustakaUtama, 2010.
Rahayu, Minto. Bahasa Indonesia Di PerguruanTinggi.
Jakarta: Grasindo, 2007.